Momentum Lebaran 2025: Merayakan Kemenangan dengan Kebersamaan
Momentum Lebaran 2025: Merayakan Kemenangan dengan
Kebersamaan
Langit fajar di ufuk timur mulai
memancarkan semburat jingga, mengiringi takbir yang menggema dari
masjid-masjid. Umat Islam di seluruh penjuru negeri bersiap menyambut Idulfitri
1446 H, sebuah hari yang dinanti dengan penuh suka cita setelah sebulan penuh
menjalankan ibadah puasa Ramadan. Momentum Lebaran 2025 bukan sekadar perayaan,
tetapi juga sebuah simbol kemenangan—kemenangan atas pengendalian diri,
kemenangan atas ego, serta kemenangan dalam membangun kembali tali persaudaraan
yang mungkin sempat renggang.
Sejak dini hari, jalanan mulai
dipenuhi oleh masyarakat yang bersiap menuju lapangan terbuka dan masjid-masjid
untuk melaksanakan Salat Id. Dengan mengenakan pakaian terbaik, mereka berjalan
bersama dalam suasana yang syahdu. Suara takbir berkumandang, menggema di
antara gedung-gedung kota dan persawahan desa, menghadirkan nuansa kehangatan
yang khas setiap tahunnya.
Di rumah-rumah, ibu-ibu tampak
sibuk mempersiapkan hidangan khas Lebaran. Aroma opor ayam, rendang, dan
ketupat yang baru diangkat dari rebusan, menyeruak memenuhi setiap sudut dapur.
Di ruang tamu, toples-toples berisi kue kering seperti nastar, kastengel, dan
putri salju tersusun rapi, siap menyambut para tamu yang datang bersilaturahmi.
Momentum Lebaran juga menjadi
ajang bagi banyak orang untuk kembali ke kampung halaman. Stasiun, terminal,
dan bandara dipenuhi lautan manusia yang membawa koper besar serta oleh-oleh
untuk sanak saudara. Ritual mudik ini bukan hanya sekadar perjalanan, tetapi
juga bentuk penghormatan kepada orang tua dan leluhur, menegaskan kembali
pentingnya keluarga sebagai pondasi kehidupan.
Di tengah gegap gempita
perayaan, tak sedikit pula yang merayakan dengan sederhana. Bagi mereka yang
tidak bisa pulang, teknologi menjadi jembatan penghubung. Video call dengan
orang tua, kiriman pesan maaf di grup keluarga, hingga berbagi kebahagiaan
melalui media sosial menjadi alternatif untuk tetap merasakan hangatnya
Lebaran, meskipun berjauhan secara fisik.
Namun, Lebaran bukan hanya
tentang makanan lezat dan pakaian baru. Maknanya lebih dalam, tentang memaafkan
dan membuka lembaran baru. Tradisi sungkeman di banyak keluarga menjadi momen
penuh haru, di mana anak-anak bersimpuh di hadapan orang tua, memohon maaf atas
segala khilaf. Air mata sering kali jatuh, bukan karena kesedihan, melainkan
sebagai tanda ketulusan.
Seiring matahari mulai beranjak
naik, rumah-rumah mulai ramai dikunjungi sanak saudara dan tetangga. Gelak tawa
menggema, menghapus sekat-sekat yang mungkin pernah ada. Dalam momen ini, tak
ada perbedaan kasta atau kedudukan, semua larut dalam kebersamaan. Bahkan,
mereka yang berbeda keyakinan turut serta dalam kebahagiaan ini, menegaskan
bahwa Lebaran adalah perayaan universal tentang kasih sayang dan persaudaraan.
Lebaran 2025 adalah momentum
untuk merefleksikan diri, memperkuat ikatan sosial, dan menanamkan nilai-nilai
kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah dunia yang semakin modern dan
serba cepat, tradisi Lebaran tetap menjadi jembatan yang menghubungkan generasi
ke generasi, mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati lahir dari hati yang tulus
dan saling berbagi.
Sebagaimana setiap tahun, hari
raya ini akan berlalu, tetapi semangatnya akan selalu hidup dalam kenangan.
Lebaran bukan sekadar satu hari di kalender, melainkan perasaan yang akan tetap
ada di dalam hati setiap insan yang merayakannya. Selamat Idulfitri 1446 H,
mohon maaf lahir dan batin.
Komentar
Posting Komentar