Desaku Tergenang Air
Desaku
Tergenang Air
Sriwidadi, Senin 25 November 2024; Memasuki November, Desa Sriwidadi
kembali menghadapi genangan air yang meluas akibat tingginya curah hujan.
Sebanyak 75 persen wilayah permukiman di desa ini terdampak genangan, yang
disebabkan buruknya kondisi saluran primer Eks Program Pengembangan Lahan
Gambut (PLG) Sejuta Hektar. Saluran ini mengalami pendangkalan parah dan sudah
tidak berfungsi optimal selama bertahun-tahun.
Desa
Sriwidadi, yang kini menjadi desa definitif, telah lama berjuang dengan
tantangan lingkungan akibat dampak buruk dari program yang dimulai sejak era
1990-an ini. Program PLG Sejuta Hektar awalnya bertujuan untuk mengonversi
lahan gambut menjadi lahan pertanian produktif. Namun, dalam pelaksanaannya,
banyak masalah lingkungan muncul, termasuk kerusakan ekosistem gambut dan
infrastruktur drainase yang tidak terpelihara dengan baik.
Latar Belakang Program PLG Sejuta
Hektar
Diluncurkan
pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Program PLG Sejuta Hektar dirancang
untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dengan membuka lahan gambut di
Kalimantan Tengah menjadi area persawahan. Namun, setelah proyek ini dihentikan
karena dianggap gagal, banyak infrastruktur yang dibiarkan terbengkalai,
termasuk saluran primer yang menjadi jalur utama pengaliran air di kawasan ini.
Desa
Sriwidadi, yang menjadi bagian dari area proyek PLG, telah mengalami dampaknya
selama bertahun-tahun. Pendangkalan saluran primer membuat air hujan sulit
mengalir, sehingga pekarangan rumah warga sering tergenang, terutama pada bulan
November yang dikenal dengan curah hujan tinggi.
Pendangkalan Saluran Primer dan
Minimnya Penanganan
Kondisi
saluran primer Eks PLG kini memprihatinkan. Akibat pendangkalan, kapasitas
saluran untuk menampung dan mengalirkan air berkurang drastis. Kasi
Pemerintahan Desa Sriwidadi, Slamet
Riyadi, menjelaskan bahwa genangan air semakin parah karena tidak ada upaya
signifikan dari pemerintah untuk menangani masalah drainase ini.
“Setiap
musim hujan, warga harus menghadapi genangan air. Pendangkalan saluran primer
ini sudah lama terjadi, tapi hingga kini belum ada langkah konkret untuk
normalisasi,” ujarnya.
Kondisi
ini diperburuk dengan kurangnya kejelasan terkait kewenangan pengelolaan
saluran primer Eks PLG, yang masih menjadi perdebatan antara pemerintah daerah,
provinsi, dan pemerintah pusat.
Dampak Genangan Air di Desa
Sriwidadi
Pada
November tahun ini, genangan air mencapai 75 persen area permukiman Desa
Sriwidadi, menciptakan gangguan besar bagi warga. Pekarangan rumah, jalan desa,
hingga lahan pertanian tergenang air setinggi 0–30 cm. Aktivitas warga
terganggu, terutama untuk anak-anak yang harus menyeberangi genangan air untuk
pergi ke sekolah dan petani yang tidak bisa mengakses lahan mereka. Salah satu
warga, Slamet Riyadi, menyampaikan keluhannya.
“Setiap
tahun kami harus menghadapi masalah yang sama. Genangan air ini tidak hanya
merusak tanaman di pekarangan, tapi juga membawa penyakit seperti diare dan
gatal-gatal,” katanya.
Simpang Siur Kewenangan Penanganan
Salah
satu hambatan utama dalam menyelesaikan masalah ini adalah simpang siur
kewenangan pengelolaan saluran primer Eks PLG. Pemerintah Desa Sriwidadi
menyebutkan bahwa hingga kini belum ada kejelasan apakah tanggung jawab
perbaikan berada di tangan pemerintah daerah, provinsi, atau pemerintah pusat.
“Kami
telah berulang kali mengajukan permohonan bantuan untuk normalisasi saluran,
tetapi selalu terbentur pada masalah kewenangan. Kami harap pemerintah segera
mengambil langkah nyata untuk menyelesaikan persoalan ini,” tegasnya.
Harapan Warga Desa Sriwidadi
Warga
Sriwidadi berharap adanya koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan
daerah untuk segera menangani masalah drainase saluran primer. Normalisasi
saluran menjadi solusi mendesak untuk mengatasi genangan air yang berulang
setiap tahun.
Pemerintah
Desa Sriwidadi pada tahun ini telah menganggarkan untuk pencucian parit di area
pemukiman penduduk untuk mengurangi dampak dari genangan air serta normalisasi
fungsi saluran di area pemukiman, namun hal ini sifatnya hanya mengurangi
dampak dari genangan air yang selalu terjadi setiap tahunnya. Pemerintah Desa
Sriwidadi juga pernah mengusulkan normalisasi
saluran skunder ke Pemerintah Provinsi, namun hingga kini belum ada tanggapan
dan realisasinya, masih terkendala atas kewenangan yang di miliki Pemerintah
Provinsi.
Penutup
Genangan
air yang terjadi di Desa Sriwidadi dan desa sekitarnya, bukan hanya persoalan
lingkungan, tetapi juga mencerminkan perlunya perhatian serius terhadap
infrastruktur peninggalan masa lalu. Dengan koordinasi yang baik antara
pemerintah di berbagai tingkatan, diharapkan masalah ini dapat segera teratasi,
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi warga Sriwidadi dan sekitarnya dalam
menghadapi musim hujan di masa mendatang.
Komentar
Posting Komentar